Puja Api Gyenze atau Puja Api Kekayaan (Bahasa Indonesia) (2024)

Lukisan indah Gyenze atau Ratna Shugden karya Jim Yeh.
Klik pada gambar untuk memperbesar.

Karena Gyenze adalah emanasi agregat perasaan Dorje Shugden yang telah dimurnikan, setiap aspek dari tubuhnya melambangkan berbagai kualitas tercerahkan. Selain itu, bentuk fisik Gyenze mengungkapkan kemampuan dan kekuatan besar untuk memberi manfaat bagi makhluk hidup dengan menganugrahkan kekayaan dalam dan luar diri. Dalam mandala Dorje Shugden, Gyenze berada di sisi kanan istadewata utama (Duldzin Dorje Shugden) dalam bentuk pangeran ilahi dengan satu wajah dan dua lengan.

Tangan kanannya menunjuk ke langit dan memegang vas panjang umur yang dilimpahi nektar ilahi. Di dalam vas ini ada ranting pohon pengabul permohonan. Vas ini melambangkan kemampuan Gyenze untuk menganugrahkan kebutuhan fisik dan duniawi seperti kekayaan, kesehatan, hubungan harmonis dan semua sumber daya yang diperlukan agar kita bisa bebas berlatih Dharma. Di tangan kirinya, Gyenze memegang sebuah mangkuk berisi permata dan di lengannya duduk seekor luwak pemuntah permata. Mangkuk permata dan luwak pemuntah permata melambangkan Gyenze sebagai istadewata kekayaan yang memberikan kekayaan materi dan spiritual.

Selain itu, Gyenze mengenakan jubah pangeran berwarna kuning dan mengendarai kuda palomino dengan warna yang sama. Warna kuning melambangkan aktivitas meningkat dan berlimpah. Aktivitas ini merupakan metode yang digunakan Gyenze untuk memberkati dan memberikan manfaat kepada praktisi. Di siku lengan kanannya, beliau memeluk sebuah panji kemenangan dan kait vajra. Panji kemenangan melambangkan kemenangan atas Mara atau delusi, emosi negatif, dan karma negatif yang menjauhkan hal-hal kita inginkan. Karenanya anugrah Gyenze pada akhirnya akan membawa pada hilangnya halangan dan pencemaran. Kait vajra melambangkan kemampuannya untuk menghilangkan semua halangan dan negativitas dan mengait semua kekayaan spiritual dan materi yang pada akhirnya membawa pada kebebasan. Kuda palomino kuning melambangkan kecepatan Gyenze dalam menghilangkan halangan dan datang membantu kita.

~ Jim Yeh

OM BENZA WIKI BITANA SOHA TSESO PALJOR LONG CHO THAMCHED PUTRIM KURU OM


Kepada sahabat di seluruh dunia,

Berikut ini adalah ritual puja api lengkap untuk Ratna Shugden atau Gyenze. Saya ingin meminjam deskripsi singkat dan karya seni Gyenze yang mempesona dari Bapak Jim Yeh.

Pada umumnya, ada banyak tipe istadewata yang merupakan manifestasi dari berbagai energi, kesadaran dan kasih dari para Buddha. Istadewata ini khususnya beremanasi pada waktu tertentu untuk memberikan manfaat kepada individu atau kelompok. Bila seseorang memohon, berdoa atau menghadapi keadaan yang sulit pada saat itu, sang Buddha akan bermanifestasi dalam bentuk tertentu – warna, bentuk, ukuran, posisi/sikap, ekspresi wajah dan memegang benda-benda untuk mengatasi, menaklukan dan memurnikan karma atau penyakit tertentu dalam diri seseorang. Jadi, setelah semua ini dilakukan, ketika orang lain melakukan puja tersebut, sebuah silsilah puja dimulai. Satu istadewata bisa memiliki ratusan emanasi yang berbeda-beda dan berbagai jenis puja. Setiap puja bisa berbeda-beda sesuai tradisi masing-masing, tetapi efeknya sama. Cara melakukan puja tergantung dari tradisi mana anda berasal.

Diantara semua puja, puja api dianggap sebagai raja semua puja. Puja api adalah puja terampuh diantara semua puja dalam Buddhisme Tibet dan tujuannya adalah menghilangkan semua kesulitan dan noda -“drima” – menuju pencerahan. Puja ini dilakukan untuk memurnikan tampilan biasa, tindakan tidak baik biasa dan khususnya untuk memperbaiki samaya yang rusak, begitu juga dengan janji dan sumpah. Ini semua adalah sebab yang kuat bagi kita untuk memiliki keraguan negatif, delusi dan ide negatif. Alasan kita memiliki banyak ide negatif dan delusi terhadap sesuatu yang baik bagi kita, seperti Dharma, adalah karena samaya dan janji yang dilanggar di masa lalu. Puja api memurnikan semua ini terutama bila dilakukan dengan keyakinan dan samaya yang baik.

Sebuah altar indah di Kechara didedikasikan untuk Gyenze. Klik pada gambar untuk memperbesar.

Puja api dilaksanakan dengan bahan-bahan khusus. Mandala khusus dibangun di tempat puja api dan ada berbagai jenis puja api, damai, meningkat, menaklukan dan kuat atau murka. Puja api damai bertujuan menghilangkan ketidak-beruntungan, masalah yang mengganggu jangka hidup, kebijaksanaan, kekayaan, pertumbuhan Dharma – mendengar, merenung dan bermeditasi akan Dharma. Puja api mendamaikan masalah-masalah ini atau menunda masalah sampai kita bisa memurnikannya. sem*ntara puja api meningkat bertujuan untuk meningkatkan pahala, kesehatan, usia, kebijaksanaan dan kekayaan spiritual khususnya dalam hal mendengar, merenungkan dan menerapkan Dharma. Puja api pengendali bertujuan untuk mengubah kondisi negatif di sekitar kita menjadi situasi yang menguntungkan bagi kita selama kita memiliki motivasi yang baik. Yang terakhir adalah puja api murka. Puja api murka hanya dilakukan ketika puja api damai, meningkat, dan pengendali tidak efektif karena karma yang kita miliki sangat kuat. Kita menggunakan metode murka untuk mengatasi kesulitan dan penyakit yang mengganggu pertumbuhan, kekayaan, kesehatan dan praktik kita.

Contohnya, di masa lalu ada beberapa murid yang telah melakukan berbagai puja dan puja api untuk memperpanjang hidup mereka, untuk orang tua – ibu dan ayah – dan setelah puja dilakukan anda bisa melihat perbedaannya. Sungguh baik guru yang menyarankan praktik-praktik ini dan juga sungguh baik bagi murid-murid yang menjalankan semua ini dengan baik. Ketika seorang murid melakukannya untuk orang tua mereka, puja api ini menghilangkan masalah-masalah mereka, memperpanjang usia dan menyelamatkan hidup mereka dalam beberapa kasus. Jadi kita harus selalu ingat kebaikan ini dan kita harus selalu mencoba meningkatkan Dharma agar orang lain bisa menerima bentuk kebaikan ini juga. Karenanya, puja api sangatlah efektif bila dilakukan dengan samaya.

Jadi di masa lalu kita bisa melihat bahwa puja api, puja umur panjang, puja ziarah atau puja pelafalan dapat membantu keluarga, sahabat, orang-orang tercinta dan anak-anak kita. Ada banyak kasus dimana anak-anak lulus ujian karena puja. Ada banyak cerita dimana hidup ayah dan ibu diselamatkan atau diperpanjang atau kesehatan mereka membaik. Jangan pernah melupakan kebaikan ini karena jarang ada orang yang memiliki kemampuan melalui puja untuk menolong orang tua kita. Hal ini hanya bisa dilakukan karena kita memiliki sebuah wihara atau organisasi dengan Sangha. Karena kita memiliki wadah yang bisa mengumpulkan orang dimana metode-metode ampuh ini bisa diajarkan, diterapkan dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Jadi sangat penting bagi kita untuk melakukan hal ini.

Puja api juga secara spesifik memurnikan penampakan biasa, tindakan tidak baik, samaya yang rusak, kondisi tidak menguntungkan dan menghilangkan karma negatif yang menghalangi kita melakukan pekerjaan Dharma. Puja api dipersembahkan dengan 4 obyek persembahan utama. Yang pertama adalah kepada para Buddha, Bodhisattva, istadewata (yidam), daka, dakini, shravaka, pratyakaya dan arhat berpencapaian tinggi. Kelompok kedua dipersembahkan kepada pelindung duniawi dan makhluk-makhluk kuat di daerah tersebut dan yang kelompok ketiga adalah semua makhluk hidup dan kelompok terakhir adalah arwah dan setan-setan kelaparan karena mereka selalu lapar, berkelana, kesepian, dan haus. Jadi kita memuaskan dahaga mereka sem*ntara.

Puja Api Gyenze atau Puja Api Kekayaan (Bahasa Indonesia) (3)

Anda bisa mengundang liontin Gyenze karya Kechara yang tersedia dalam berbagai disain di www.vajrasecrets.com.

Pada umumnya, ada tiga-belas bahan utama. Bila dibandingkan antara tradisi satu dan lainnya, mungkin bahan-bahan ini sedikit berbeda tetapi maknanya hampir sama. Jadi yang kita lakukan adalah menyalakan api, memurnikannya dan mengundang Dewa Api Agni, memberikan persembahan kepada beliau dan meminta ijin untuk menggunakan api tersebut. Kita tidak berdoa kepada Dewa Api ini; kita hanya minta ijin. Setelah itu, kita memindahkan Agni dan kemudian dari dalam api, kita menggenerasikan istadewata Yidam atau Pelindung. Puja api bisa ditujukan kepada Tara Putih atau Vajrayogini atau Yamantaka atau Pelindung Dharma. Misalkan puja api ini ditujukan kepada Pelindung Dharma, kita mengundang Pelindung Dharma ini untuk memasuki api. Karena sang Pelindung Dharma tidak dapat dihancurkan dan berasal dari pikiran yang tercerahkan sepenuhnya. Beliau tinggal dalam api, membuka mulutnya dan kita menghaturkan persembahan yang telah dimurnikan kepada beliau seperti mentega yang dicairkan, biji wijen, rumput Tsa Durva, beras, beras dengan dadih, rumput kusha, biji sesawi, jelai yang tidak dikupas kulitnya, jelai yang sudah dikupas kulitnya, kacang lentil, gandum, batang mentega dan pada akhirnya, semua bahan-bahan ini dicampur.

Jadi, ini adalah 13 bahan yang dipersembahkan satu per satu. Kita melafalkan mantra sang istadewata, contohnya untuk Pelindung Dharma Setrap, kita melafalkan Om Maha Yaksha Tsa Soha dan kita menempatkan persembahan ke api atau di dalam mulut Setrap secara langsung. Hal ini dianggap sangat ampuh dan efektif. Untuk persembahan pertama, kita mempersembahkan mentega cair, yang melambangkan peningkatan usia, pahala dan kemakmuran. Jadi, bila orang tua kita sakit dan puja api dilakukan, mentega cair dalam jumlah besar dapat dipersembahkan kepada yidam atau istadewata untuk memperpanjang usia orang tua kita. Jadi bila kita teguh berlatih Dharma, kita membantu orang tua kita karena hanya Dharma bisa membuat karma mereka lebih baik. Jadi kita bisa mempersembahkan mentega cair dalam jumlah besar kepada sang istadewata. Karena itulah persembahannya harus berlimpah sebanyak mungkin. Tidak ada batasan untuk memperpanjang umur orang-orang yang kita kasihi jadi bila kita melakukan puja ini untuk orang-orang tercinta – orang tua, ibu atau ayah, anak-anak atau siapapun, kita bisa memberikan persembahan sebanyak mungkin. Anda juga bisa melakukan puja ini untuk hewan peliharaan untuk memperpanjang hidup mereka ketika kita membayangkan mentega ini sebagai substansi yang dimurnikan dan dipersembahkan ke dalam mulut sang istadewata. Jadi sangat penting bagi kita semua untuk melakukan Puja Api setidaknya satu atau dua kali setahun untuk tujuan-tujuan yang telah disebutkan sebelumnya.

Yang kedua, kita mempersembahkan biji wijen. Biji wijen menghilangkan hal-hal yang tidak baik, samaya yang rusak, pikiran-pikiran negatif, perkataan negatif dan tindakan negatif. Kita mungkin berpikir bahwa kita bisa melakukan dan berbicara semau kita, dan bila ada orang yang mengatakan tidak bisa begitu, mereka melanggar hak-hak kita, mereka menghakimi kita atau mereka suka menghakimi. Semua ini tidak benar! Semua buku Dharma di dunia menjelaskan mengenai apa yang harus kita murnikan. Mereka menjelaskan tentang bahaya tiga racun – kebodohan, kebencian dan keinginan dan bagaimana ketiga hal ini mengganggu dan menimbulkan masalah bagi kita. Jadi ini bukanlah kritik tak beralasan. Kritik ini memberikan kebijaksanaan bagi kalian. Jadi tidak seharusnya kita berkata “jangan menghakimi saya” atau “jangan mengkritik saya” karena ini adalah sebuah halangan yang kita buat sendiri agar kita tidak usah mendengarkan kebenaran atau kita tidak usah berurusan dengan kebenaran. Jadi, dengan mempersembahkan biji wijen yang dimurnikan, kita menghilangkan hal-hal tidak baik yang menghalangi pikiran kita untuk mempersepsikan, mengerti, menerapkan dan beroperasi dari sudut pandang kebijaksanaan. Melalui kekuatan kebijaksanaan kita memurnikan pikiran kita yang beroperasi dari sudut pandang kebodohan, agar dapat menerima, mendengarkan atau dekat dengan kebijaksanaan atau seorang lama. Tidak berarti kita akan berlatih bila kita dekat dengan Dharma karena mungkin kita memiliki karma yang menghalangi hal ini. Karenanya, mempersembahkan biji wijen yang sudah dimurnikan melambangkan pemurnian tindakan tindakan kita yang tidak baik yang menghalangi kita melakukan praktik yang bisa membawa pada pencapaian yang lebih tinggi, pikiran yang luhur, praktik yang luhur dan pertumbuhan.

Puja Api Gyenze atau Puja Api Kekayaan (Bahasa Indonesia) (4)

Rupang baru Gyenze yang indah di Kechara Forest Retreat.

Selanjutnya, kita mempersembahkan rumput Tsa Durva untuk memperpanjang jangka waktu hidup. Kita memperpanjang usia bukan dengan melakukan tindakan-tindakan negatif tetapi dengan melakukan tindakan positif. Untuk berada dalam situasi dimana ada pikiran, tindakan, sahabat-sahabat dan informasi positif yang kondusif untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan positif untuk memberi manfaat bagi diri kita dan orang lain. Setelah itu kita mempersembahkan beras. Persembahan beras adalah untuk meningkatkan pahala. Semakin banyak pahala yang kita miliki, semakin bermekaran pengertian kita. Dengan semakin bermekarannya pengertian kita, kebingungan kita semakin berkurang. Semakin sedikit kebingungan kita, latihan spiritual kita akan semakin maju dan kita menjadi individu yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya nasi dengan dadih dipersembahkan untuk meningkatkan kebahagiaan – Gewa Chenpo. Mempersembahkan beras dengan dadih membantu meningkatkan kebahagiaan duniawi, kebahagiaan spiritual dan mendapatkan kebahagiaan mulia dari Buddha yang tercerahkan sepenuhnya. Selanjutnya kita mempersembahkan rumput Kusha guna mendapatkan perlindungan dari pengaruh negatif yang berasal dari 10 penjuru – empat arah kardinal, empat arah menengah, atas dan bawah. Persembahan selanjutnya adalah biji sesawi. Biji sesawi dipersembahkan kepada istadewata untuk mengatasi halangan. Ini adalah hal-hal yang menghalangi kita mencapai hal-hal yang ingin kita capai, contohnya di KFR, kita ingin menjadi tempat yang memberikan banyak manfaat bagi orang lain, untuk mendapatkan izin-izin yang diperlukan dari otoritas dan menyelesaikan semua pekerjaan konstruksi, menjalankan berbagai program dan lainnya.

Dengan mempersembahkan jelai berkulit, kita menciptakan sebab untuk meningkatkan kekayaan, sumber daya materi, barang-barang kebutuhan, makanan, pakaian, properti dan air, semua yang kita butuhkan untuk memberi manfaat bagi orang lain. Hal ini juga termasuk semua hal yang dibutuhkan tubuh kita agar sehat dan kuat guna memberi manfaat bagi orang lain. Jadi, mempersembahkan jelai berkulit meningkatkan kekayaan. Persembahan selanjutnya adalah jelai yang telah dikupas kulitnya (jelai tak berkulit). Persembahan ini dihaturkan agar kita mendapatkan pencapaian dengan cepat dalam praktik, mantra, meditasi, pelafalan, belajar, perenungan, penerapan dan apapun aktivitas Dharma yang kita lakukan. Dengan mempersembahkan jelai, kita menciptakan sebab dan efek karma untuk mendapatkan pencapaian dengan segera.

Persembahan berikutnya adalah kacang lentil. Mempersembahkan kacang lentil menciptakan sebab untuk mendapatkan yang disebut Kensur Rinpoche sebagai “Thuk Chenpo” atau kekuatan. Dalam hal ini kekuatan tubuh, pikiran dan perkataan – untuk berani berbicara mengenai Dharma tidak peduli kritikan yang kita terima. Memiliki tubuh yang kuat dan tidak mudah jatuh sakit atau dipengaruhi oleh elemen negatif. Memiliki kekuatan pikiran – tidak mudah menyerah, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, situasi atau menyalahkan orang lain. Memiliki kekuatan untuk tidak menyalahkan orang lain ketika kita gagal, menyerah atau ragu. Keraguan ini datang dari tindakan tidak beretika, dan membenarkannya sebagai tindakan beretika. Oleh sebab itu karma yang tercipta adalah selalu berpikir negatif. Karena itu, mempersembahkan kacang lentil menciptakan sebab untuk mendapatkan kekuatan tubuh, perkataan dan pikiran.

Persembahan selanjutnya adalah gandum. Persembahkan gandum adalah untuk mengatasi penyakit yang berkaitan dengan tubuh dan pikiran yang harus dimurnikan dan disembuhkan bersamaan dengan penyakit yang akan diderita di masa depan. Persembahan selanjutnya adalah batang mentega yang sudah dimurnikan. Batang mentega ini dipersembahkan untuk mendapatkan pencapaian luhur – kondisi pikiran luhur dan status tinggi yang bisa digunakan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Persembahan terakhir adalah campuran dari bahan-bahan diatas dan dihaturkan untuk meningkatkan kebijaksanaan, kemampuan belajar dan kekuatan untuk mengatasi kelemahan kita. Hal ini meningkatkan kemampuan kita untuk berlatih dan menjadi Buddha yang tercerahkan sepenuhnya.

Dorje Shugden Gyenze: Ini adalah thangka Gyenze pribadi saya. Klik untuk melihat gambar beresolusi tinggi dan klik kanan untuk menyimpan. Gambar ini bisa dicetak untuk altar anda.

Tujuan Dharma adalah untuk menjadi Buddha yang tercerahkan sepenuhnya. Kita bisa mendengarkan semua ajaran Buddha dan Guru kita dan menganggap bahwa semua ajaran ini bertujuan untuk memarahi, mengkritik, menghakimi kita atau kita bisa menganggap semua yang diajarkan Sang Buddha dan Guru kita sebagai kebijaksanaan. Sesuatu yang bisa kita gunakan untuk mengukur diri, terutama bila nasihat yang diberikan berlawanan dengan proyeksi dan keterikatan kita. Apapun ajaran yang telah diberikan kepada kita, apapun kebijaksanaan atau pengetahuan yang telah diberikan kepada kita, kita selalu menganggapnya sebagai serangan terhadap keterikatan kita, kita menjadi defensif, marah dan berkata bahwa kita dihakimi walaupun bukan begitu adanya.

Semua buku Dharma dan para guru bertujuan untuk mengajar Dharma. Mereka bertujuan memberikan kita Dharma. Guru kita tidak akan menganjurkan kita pergi untuk bersenang-senang dan menciptakan karma negatif – minum, merokok, bermain perempuan, menyakiti orang lain, berbohong dan mencuri. Guru kita tidak akan melakukan hal ini. Guru kita tidak seharusnya melakukan hal ini dan tidak akan melakukannya. Jadi bila Guru kita mengajarkan Dharma, Guru kita bukanlah musuh, melainkan sahabat kita. Tetapi terkadang bila kita menghadapi keterikatan kita, kita melihat Guru kita sebagai musuh, walaupun bukan seperti itu adanya.

Jadi, Guru kita bukan musuh. Bila kita ingin mengatakan bahwa sang Guru adalah musuh kita, sebenarnya Dharma adalah musuh kita. Sang Guru mengajarkan Dharma kepada kita. Contohnya, bila sebuah pesan telah diberikan kepada kita dalam sebuah CD, dan kita tidak suka pesan tersebut, kita menghancurkan CD-nya. CD tersebut tidak bersalah. CD tersebut adalah sarana untuk menyampaikan Dharma. Bahkan bila anda menghancurkan CD-nya, itu percuma saja. Karena pesannya bukan dalam CD atau di alat pemutar CD tersebut, melainkan dari orang yang memberikan pesan itu. Dan orang itu memberikan pesan dari pengetahuan atau kebijaksanaan darimanapun itu berasal. Jadi bila kita menghancurkan alat pemutar CD dan lainnya, hal ini tidak akan membantu. Seperti itu juga bila kita mengkritik atau mengatakan hal-hal negatif, kita membuat masalah bagi sang Guru atau wihara karena kita tidak suka apa yang dikatakan kepada kita, kita merasa dihakimi. Semua ini adalah pandangan yang salah. Mengapa? Karena Dharma membuat kita menghadapi keterikatan yang menciptakan karma yang akan kembali pada diri kita.

Sang Buddha tidak mungkin salah, jadi sebenarnya Dharma memberikan kita kebijaksanaan. Dharma memberikan kita tolak ukur untuk memeriksa, melihat dan mengerti. Karenanya, ketika Pabongka Rinpoche, Trijang Rinpoche, Zong Rinpoche mengajar ribuan biksu di biara, mereka mengajar dengan cara yang sama. Mereka mengajar apa yang salah. Mereka memberitahu apa yang ada di pikiran kita. Mereka mengajarkan tentang pandangan yang salah. Mereka mengajarkan tentang keterikatan. Mereka mengajarkan tentang karma, hukum sebab-akibat dan apa yang akan terjadi, dan kita tidak merasa dimarahi. Kita tidak merasa dihakimi. Kita melihatnya sebagai kebijaksanaan. Karenanya ketika kita menghaturkan persembahan terakhir yaitu bahan-bahan yang dicampur, kita mendapatkan kemampuan dan berkat untuk menyadari nasihat dan ajaran yang merupakan bagian dari jalan untuk menjadi makhluk yang tercerahkan sepenuhnya.

Jadi puja api sangatlah efektif dan ampuh bila dilakukan secara berkesinambungan, khususnya karena, persembahan yang dihaturkan. Puja api ini diakhiri dengan memberikan persembahan benda-benda yang indah bagi indera kita kepada sang Buddha, Bodhisattva dan istadewata lainnya dan khususnya istadewata yang diundang untuk tinggal dalam api kebijaksanaan. Setelah semua ini selesai, kita mempersilahkan para istadewata untuk kembali ke tanah suci dan kemudian kita menghaturkan persembahan terakhir kepada dewa api bernama Agni dan berterima kasih kepadanya setelah menggunakan api ini. Akhirnya kita menyimpulkan dengan membaca doa dedikasi dan meninggalkan api tersebut terbakar selama mungkin. Kita tidak menambahkan apapun agar api tetap menyala, tetapi kita juga tidak memadamkannya. Bila hujan turun di atas api, tidak apa. Kita bisa membiarkan api ini menyala sampai hari selanjutnnya dan kemudian kita bisa membersihkannya. Abu dari puja api dapat digunakan sebagai relik. Abu ini bisa dimasukan ke dalam stupa atau dikenakan. Abu ini juga bisa ditebarkan di tanah, termasuk di tanaman atau untuk memberkati tempat-tempat tertentu. Individu yang melaksanakan puja api harus sudah menerima inisiasi istadewata tersebut dan melakukan sadhananya setiap hari tanpa jeda, melakukan retret istadewata ini dan melakukan puja api pada akhir retret ini. Hanya dengan cara ini puja api ini bisa dilakukan lagi dan lagi. Puja api adalah praktik yang sangat efektif.

Artikel ini adalah pengenalan singkat mengenai puja api, khususnya puja api untuk Gyenze atau Ratna Shugden.

Tsem Rinpoche

Untuk membaca informasi menarik lainnya:

  • Biografi Singkat Tsem Rinpoche Dalam Foto (Bahasa Indonesia)
  • Pertanyaan Mengenai Rasa Cemburu (Bahasa Indonesia)
  • 35 Buddha Pengakuan (Bahasa Indonesia)
  • Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
  • Dorje Shugden – Pelindung Masa Kini (Bahasa Indonesia)
  • Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
  • Dorje Shugden Shize: Sebuah Praktik Untuk Penyembuhan dan Umur Panjang (Bahasa Indonesia)
  • Dorje Shugden Wangze untuk Anugrah Daya Kuasa dan Pengaruh (Bahasa Indonesia)
  • Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
  • ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
  • Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
  • Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
  • Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
  • Yang Mulia Dharmaraja Tsongkhapa (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:

If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team

Puja Api Gyenze atau Puja Api Kekayaan (Bahasa Indonesia) (2024)

FAQs

What is shugden in Buddhism? ›

Dorje Shugden (Standard Tibetan: རྡོ་རྗེ་ཤུགས་ལྡན་, Wylie: rdo rje shugs ldan, Tibetan pronunciation: [toːtɕe ɕuktɛ̃]), also known as Dolgyal and Gyalchen Shugden, is an entity associated with the Gelug school, the newest of the schools of Tibetan Buddhism.

What is a sangha? ›

sangha, Buddhist monastic order, traditionally composed of four groups: monks, nuns, laymen, and laywomen. The sangha is a part—together with the Buddha and the dharma (teaching)—of the Threefold Refuge, a basic creed of Buddhism.

Why is Dorje Shugden banned? ›

Worship of this figure is especially popular in eastern Tibet, and the present Dalai Lama prayed to Dorje Shugden for many years. However in 1976 the Dalai Lama announced he was advising against the practice because it was promoting sectarianism, which could potentially damage the Tibetan independence movement.

What is the controversy with Tibetan Buddhism? ›

The Tibetan Buddhist leader has faced widespread criticism after a video surfaced showing him kissing a young boy and asking him to suck his tongue. The Dalai Lama has since expressed regret. The incident has sparked significant online vitriol against the spiritual leader.

What are the three jewels in Buddhism? ›

One of the oldest ways of expressing faith in Buddhism is by taking refuge in the three jewels. Also known as the triple gem and the three treasures, the three jewels are the Buddha (the exemplar), the dharma (the teachings), and the sangha (the community of practitioners).

What is a Buddhist monk called? ›

Monks and nuns, called bhikkhu (Pali, Skt. bhikshu) and bhikkhuni (Skt. bhikshuni), are responsible for the preservation and dissemination of the Buddha's teaching and the guidance of Buddhist lay people.

What are the four noble truths of Buddhism? ›

The Four Noble Truths

They are the truth of suffering, the truth of the cause of suffering, the truth of the end of suffering, and the truth of the path that leads to the end of suffering. More simply put, suffering exists; it has a cause; it has an end; and it has a cause to bring about its end.

Is Dorje Shugden a demon? ›

Dorje Shugden: The eye of the storm. Some Gelugpas view him as a dharmapala, or protector god, while others view him as a murderous demon who punishes Gelugpa monks who engage in Nyingmapa teachings.

What is Dorje Shugden's practice? ›

Kadampa practitioners traditionally make offerings and requests to the Dharma Protector Dorje Shugden. The purpose of this practice is to remove obstacles and gather all favorable conditions for their spiritual practice.

How to pray to Dorje Shugden? ›

Great Protector Dorje Shugden, I request you sincerely from my heart to be a part of my life, bless my home, and grant me wisdom, solace and comfort, that I might be of service to others without agenda, and that I may focus out onto others and not be fixated on myself, creating more problems for all that I hold dear.

What is the mantra of Ratna Shugden? ›

Here is the mantra of Ratna Shugden's Entourage: OM DHARMAPHALA MAHA RADZA BENDZA BEGAWAN SAMAYA DZA HUNG HUNG RATNA SIDDHI DROOM DROOM ZA ZA DOO DOO SIDDHI PALA AYUKEY HUNG AH (Recite either 7 or 21 times after reciting the main mantra above).

Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Lilliana Bartoletti

Last Updated:

Views: 6435

Rating: 4.2 / 5 (73 voted)

Reviews: 88% of readers found this page helpful

Author information

Name: Lilliana Bartoletti

Birthday: 1999-11-18

Address: 58866 Tricia Spurs, North Melvinberg, HI 91346-3774

Phone: +50616620367928

Job: Real-Estate Liaison

Hobby: Graffiti, Astronomy, Handball, Magic, Origami, Fashion, Foreign language learning

Introduction: My name is Lilliana Bartoletti, I am a adventurous, pleasant, shiny, beautiful, handsome, zealous, tasty person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.